Banyak orang yang
beranggapan bahwa orang cerdas itu hanya yang “Jago Ilmu Eksak dan Teknologi”.
Padahal kenyataannya orang yang pandai dalam dunia eksak itu belum tentu
dikatakan cerdas sepenuhnya. Mengapa??? Sebab kecerdasan seseorang itu bukan
hanya diukur dari kemampuan menghitung aljabar, menghafal rumus Einstein dan
menciptakan sebuah pesawat. Karena itu merupakan satu tolak ukur saja yaitu
dari segi kecerdasan intelektual (Intelligence
Quotient). Ya tentu saja kalau dibiarkan terus menerus, maka akan banyak
tercipta “Robot-Robot Manusia”. Sebab mereka hanya berfikir teoritis dan
perhitungan sistematis tanpa kepekaan rasa sosial dan cenderung statis
(pendiam). Jika hal tersebut masih dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan
pendidikan di Indonesia, maka suatu saat “Robot-Robot Manusia” ini akan
menjelma menjadi Monster. Monster yang rakus akan kekuasaan dan minim moral. Dan
dapat menjadi manusia yang egois, karena segala penilaiannya objektif serta
harus benar. Seperti halnya kasus Ujian Nasional yang ada setiap tahunnya.
Banyak siswa yang berprestasi tingkat nasional bahkan internasional namun TIDAK
LULUS ujian nasional. Hanya karena ada satu mata pelajaran yang nilainya
dibawah standar. Karena pemerintah hanya berkutat soal nilai yang tak lain
adalah kuantitas pendidikan yang tak memperhitungkan kualitas pendidikan. Sebab
ketika ujian nasional berlangsung, pada saat itu pula kebobrokan moral terjadi.
Kepala sekolah memberikan kunci jawaban kepada guru, guru memberikan bocoran
jawaban kepada siswa, dan sesame siswa pun saling mencontek bocoran jawaban.
Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum, tidak lagi secara sembunyi-sembunyi.
Walaupun banyak tayangan di televisi yang menayangkan Ujian Nasional dijaga
ketat oleh aparat Negara. Ini merupakan sebuah kasus korupsi kecil,
ketidakjujuran dan ketidakadilan. Jika atas dasar kemampuan inteletual yang
diutamakan, lalu dimana letak EQ, SQ dan Kreativita?
Berikut
merupakan penjelasan dari IQ, SQ dan EQ dikutip dari sumber (Astrilyani. 2013. Pengertian IQ, SQ dan EQ. Tersedia: http://silviastrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/
[29 Desember 2013]
Kecerdasan Intelektual (IQ)
adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ
merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi
menjadi fakta. Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti dan memberi maknapada apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga
seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat. Kecerdasan
Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan
baik pada diri sendiri dan orang lain.
Sedangkan
ada satu hal lagi yang belum banyak diketahui oleh orang lain yakni kreativita.
Menurut (Primadi, 2013;43) yang dinamakan kretivita yaitu salah satu kemampuan
manusia yang dapat membantu kemampuannya yang lain, hingga sebagai keseluruhandapat
mengintegrasikan stimuli-luar (yang melandanya dari luar sekarang) dengan
stimuli-dalam (yang telah dimiliki sebelumnya-memori) hingga ter cipta suatu kebulatan
baru.
Dalam hal tersebut dapat
diketahui bahwa seseorang yang dikatakan cerdas sepenuhnya yakni apabila ia
memiliki keseimbangan IQ, SQ, EQ dan Kreativita yang hampir seimbang. Walaupun
tidak ada satu manusia pun yang memilikinya secara seimbang. Pasti ada salah
satu hal yang lebih menonjol dalam dirinya.
Namun setiap sekolah
seharusnya wajib menerapkan IQ, SQ, EQ dan kreativita pada peserta didiknya.
Baik itu sekolah formal, non-formal maupun informal. Karena pada hakikatnya
manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya. Bukan sebuah robot atau mesin
yang terus menerus bekerja secara logis dan sistematis.
Contoh penerapan IQ
yakni siswa diberikan mata pelajaran yang menuntutnya harus mengingat,
menghitung, menganalisis dan berpikir secara logika. Contohnya penerapan ilmu
sains seperti fisika, matematika, biologi, kimia dan ilmu komputer. Karena pada
suatu saat mereka akan menghadapi perkembangan zaman yang seba modern dan
teknologi. Yang tentunya tidak hanya membawa dampak positif tapi juga dampak negatif.
Sehingga mereka mau tidak mau harus menemukan berbagai solusinya untuk
kelestarian lingkungan secara fisik.
Sedangkan penerapan SQ
di sekolah yakni dengan cara guru memberikan penyegaran rohani, membangkitkan
motivasi siswa agar dapat optimis dalam menjalani kehidupannya dan
menyelesaikan masalah secara bijak. Hal tersebut dapat diterapkan pada kegiatan
belajar Agama, Unit Kegiatan Kerohanian serta Seminar pembangkit motivasi.
Sedangkan penerapan EQ
yakni dengan cara memberikan bimbingan konseling agar siswa dapat mengontrol
emosi dalam dirinya dan mampu berteman dengan baik dengan siapa saja (tidak
egois) serta menghormati orang lain. Hal ini dapat diterapkan melalui bimningan
konseling, mata pelajaran kewarganegaraan, dan disiplin ilmu sosial.
Yang terakhir yakni
kreativita dimana siswa diberikan kebebasan untuk menuangkan berbagai ide
kreatifnya yang akan diolah menjadi kreasi seni, baik itu desain komunikasi
visual, seni murni, kriya, seni tari dan seni musik. Karena hal ini lebih erat
kaitannya dengan soft skill. Untuk
mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia, karena seseorang bukan mencari
pekerjaan tapi ia yang harus menciptakan lapangan pekerjaan. Hal
tersebut seharusnya ditanamkan kepada anak sejak dini. Sehingga kelak mereka
akan menjadi makhluk sosial yang berbudaya dan memiliki multidisiplin ilmu
untuk menghadai tantangan perubahan zaman yang lebih berat ke depan.
Sumber:
Astrilyani.
2013. Pengertian IQ, SQ dan EQ.
Tersedia: http://silviastrilyani.wordpress.com/2013/02/11/pengertian-iq-eq-dan-sq/
[29 Desember 2013]
Primadi.
2000. Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar.
Bandung: ITB.