Tuesday 2 September 2014

SKEMA PROSES KREASI

     Skema Proses Kreasi
Sedangkan dalam proses pembuatan karya secara keseluruhan, yaitu menyangkut komposisi gerak tari, tayangan video art, vokalisasi dan musik, tentunya seniman terlebih dahulu membuat konsep awal, proses tahap seleksi penggarapan karya, finishing, hingga perform stage out. Hal tersebut dinamakan proses kreasi. Berikut ini merupakan skema proses kreasi (Primadi, 2000: 24):
Tabel 1. Skema Proses Kreasi
Sumber: Primadi, 2000:24

Proses ide adalah hasil integrasi proses imaginasi, dari tingkat biasa sampai tingkat tertinggi, dari ketiga jenis dan sumber image yang kita miliki, dari semua indera dalam penghayatan. (Primadi, 2000:25)
Primadi memaparkan tahapan proses ide sebagai berikut:
·         Tingkat 1 – Persiapan
Kemungkinan pada saat pembuatan karya “Black Sun Kagemu”, seniman maupun kru yang bertugas membutuhkan suasana yang sejuk, tenang, adanya semilir angin dan berbagai hidangan konsumsi. Itu merupakan aspek-luar. Sedangkan aspek-dalam tentunya membutuhkan imajinasi, konsentrasi, perenungan, meditasi dan sebagainya.
·         Tingkat 2 – Pengumpulan bahan
Pada tahap pengumpulan bahan, terdapat dua kategori daya atau kekuatan yang melakat, yaitu mereka yang bersifat rasional tinggi dan yang kuat kreativitasnya. Pada seniman yang daya rasionalnya tinggi, mereka sadar akan memori terikat yang ada dalam dirinya. Apa yang ia kenal dan ketahui kemudian menjadi pembanding daya imajinasi sensasi-persepsi yang dating dari luar. Yang kemudian langsung diproses. Sedangkan bagi mereka yang daya kreativitasnya kuat, mereka tidak terlebih dahulu mencerna apa yang sudah terikat dalam memorinya, tetapi membiarkannya polos dan mengolah sesuatu hal yang abstrak dan bebas menjadi suatu kreasi yang baru, aneh dan di luar dugaan.
·         Tingkat 3 – Empati menuju pra-idea
Pada tahapan ini seorang seniman mulai merasakan feeling atau rasa pada garapan karyanya. Bagaikan cinta pada pandangan pertama. Bagi yang kuat intuisi, daya kreativitasnya, maka kemungkinan akan langsung ke tahapan ini, tanpa melalui tahap 1 dan 2. Dan langsung berhasrat untuk penetasan ide. Tetapi bagi yang rasionalnya tinggi, pada proses ini terasa hambar karena pra-ide yang dicapai hanya bersifat objektif, rasional dan logis.
·         Tingkat 4 – Pengeraman pra-idea
Pada tingkat ini, creator atau seniman dapat berpikir dan bertindak lambat ataupun sebaliknya, bahkan sampai bertahun-tahun. Bagi yang daya rasionalitasnya tinggi maka akan mempertimbangkan keputusan secara pasti (benar-salah). Bahkan muncul emosi karena mencoba berulang-ulang dengan berbagai eksperimen dengan konsentrasi yang membuat lelah dan bosan. Bahkan ada yang tdak mendapatkan ilham dari pengeraman pra-ide. Tetapi bagi yang daya kreativitasnya tinggi, intuisi mereka hidup dan menggebu-gebu sehingga ingin segera ke tahapan selanjutnya, yaitu melebur dengan tingkat kreasi. Sehingga perasaan emosi meningkat menjadi gairah. Pada tingkat ini kemampuan kreatif dan rasio menghasilkan apa yang disebut merenung dan vision.
·         Tingkat 5 – Penetasan ide
Pada tingkat ini yang terlalu rasional, maka terasa akan hambar sama seperti pada tingkat 3 dan 4. Hai ini merupakan penyempitan pra-ide. Sedangkan bagi yang daya kreativitasnya tinggi, pada tingkat ini biasanya melebur jadi satu bersama tingkat 3 dan 4 menjadi penetasan ide. Terkadang apa yang direncanakan pada pra-ide hasilnya berbeda dengan penetasan ide, bahkan lebih cemerlang.
Sedangkan proses pelaksanaan merupakan proses-kreasi tahap pelaksanaan, berikut ini tahapannya:
·         Tingkat 6 – Aspek luar pelaksanaan
Pada tingkat inilah disebut proses trial and error, karena setelah karya jadi maka diuji kembali dari segi kualitas, eksperimen, sistem, perbaikan atau evaluasi. Sehingga memerlukan waktu yang lama. Bagi yang pelaksanaannya lebih kuat daripada idenya, maka pada proses ini akan terlihat lebih menonjol dibandingkan proses idenya. Tingkat ini pula yang disebut tingkat penilaian pertama, sehingga apabila tidak layak uji kualitas, maka kemungkinan karya akan diulangi pada tahap sebelumnya, bahkan dimulai dari awal.
·         Tingkat 7 – Aspek integral pelaksanaan
Pada tingkat ini memuncaknya emosi menjadi perasaan terharu, bahagia ataupun sedih. Pada tingkat ini terdapat 4 kemungkinan. Kemungkinan pertama, bagi mereka yang dapat menjalani segala sesuatunya dengan mudah, lancar tanpa hambatan karena proses penggarapan ide mereka sudah matang dan selesai. Kemungkinan kedua, pelaksanaan ide lancar tetapi terhambat oleh pengendapan pada saat proses ide. Mengalami pendalaman konsep yang berulang dan matang. Sehingga jika tugas sudah terlaksana, seolah-olah sudah melepaskan beben berat di pundaknya. Kemungkinan ketiga, ia tidak bisa mencetuskan ide secara matang ataupun hanya melalui tahap inti dari ide tersebut, namun pada pelaksanaannya secara spontan. Kemungkinan keempat bagi mereka yang polos tanpa ide sama sekali, tetapi ketika tangan menggoreskan atau menggerakkan sesuatu (seperti melukis, membuat keramik, desain, dan sebagainya) secara otomatis ide bercucuran dengan sendirinya dan saling melengkapi antara konsep dengan karya. Namun biasanya hal yang seperti ini ada pada orang-orang yang sudah mahir dengan latihan yang serius (mencoba berkali-kali) atau bahkan anugerah bakat yang luar biasa dari Tuhan.
·         Tingkat 8 – Tingkat kreasi tertinggi

Pada tingkat inilah kreator atau seniman diuji kepeduliannya terhadap proses keseluruhan karya dari awal (flashback). Dimana ia menghayati hasil karyanya apakah memiliki nilai-nilai kemanusiaan ataukah hanya sekedar luapan kreasi semata? Hasil proses tingkat kreasi tertinggi tersebut kemudian dipertimbangkan dan disimpan sebagai tambahan referensi ilmu yang ia miliki agar lebih baik lagi dalam berkarya ke depannya.

Sumber: Primadi. (2000). Proses, Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.


2 comments: