Sunday 28 December 2014

RUNNER UP OF FINANCIAL ART COMPETITION 2014

Pendidikan Seni Rupa UPI kembali menjadi juara di ajang Financial Art Competition (FAC) yang diadakan oleh HIMAKAPS (Himpunan Mahasiswa Keuangan Perbankan dan Keuangan Syariah) POLBAN (Politeknik Negeri Bandung) pada acara utama Visit KPKS (Keuangan Perbankan dan Keuangan Syariah). Kompetisi ini bertemakan change the world with little things (reduce recycle reuse) bertujuan untuk menciptakan benda-benda inovatif dari hasil daur ulang limbah dan memiliki nilai seni serta nilai ekonomis. Kompetisi ini diikuti oleh 16 peserta dari tingkat SMA/SMK dan Mahasiswa se-wilayah Bandung dan Cimahi pada tanggal 8, 9 dan 10 Mei 2014. Kelompok Seni Rupa UPI yang terdiri dari Dimas Zulfadly (1006301), Erlin Herlianti (1000423) dan Sari Apriliani (1000369) mengusung karya dengan nama “MOTIK” yaitu Mozaik Kain Batik. Karya Motik ini berbentuk lampu hias dekoratif, aksesoris gantungan kunci dan tempat pensil, dengan  memanfaatkan limbah kain perca yang bermotif batik sebagai bahan utama. Karena sesuai dengan kriteria penilaian yang ditentukan oleh dewan juri dari BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan Greeneration, maka karya MOTIK tersebut berhasil mengantarkan mereka sebagai Juara 2 se-Bandung dan Cimahi pada kompetisi tersebut.

Gambar 1. Lampu Hias MOTIK

Gambar 2. Gantungan Kunci dan Tempat Pensil MOTIK

Gambar 3. Lampu MOTIK Menyala

Gambar 4. Saya Narsis :-D

Gambar 5. Saya (narsis lagi) dan Erlin Herlianti

Hidup itu berkompetisi, menang atau kalah itu biasa. Sebab manusia dilahirkan itu sebagai juara. So, jangan pernah menyerah guys. Semangat berkarya.. !!!





Saturday 18 October 2014

JENIS-JENIS KARTUN

a. Kartun Gag
Merupakan gambar kartun yang dimaksudkan hanya sekedar sebagai gambar lucu atau olok-olok tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual. Kartun murni biasanya tampil menghiasi halaman-halaman khusus humor yang terdapat di surat kabar atau terbitan lainnya. Satu jaringan pembuat kartun murni yang terkenal adalah Kokkang yang karyanya banyak dimuat di berbagai terbitan.  Contoh gambar:

b. Kartun Editorial
Merupakan kolom gambar sindiran di surat kabar yang mengomentari berita dan isu yang sedang ramai dibahas di masyarakat. Sebagai editorial visual, kartun tersebut mencerminkan kebijakan dan garis politik media yang memuatnya sekaligus mencerminkan pula budaya komunikasi masyarakat pada masanya. Dewa Putu Wijana dalam disertasinya yang mengulas masalah aspek pragmatik dalam kartun, menyertakan bahwa kartun editorial merupakan visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah yang membincangkan masalah politik atau peristiwa aktual. Oleh karena sifat inilah, kartun editorial sering disebut dengan kartun politik. Contoh kartun editorial yang terkenal di Indonesia adalah Oom Pasikom di Harian KOMPAS dan Keong di Harian Sinar Harapan. Beberapa kartunis terkenal yang intens dalam pembuatan kartun editorial antara lain Sibarani, G.M. Sudarta, Pramono. Johny Hidanat, Jaya Suprana serta, Dwi Koendoro. Contoh gambar:

c.  Kartun Karikatur
Sebenarnya kartun yang telah dilukis dengan melakukan perubahan atau wajah bentuk seseorang. Contohnya hidung menjadi besar atau mata kecil dan sebagainya. Kartun ini lebih menonjolkan karakter seseorang melalui bentuknya. Kartun ini juga menonjolkan dan memperbesarkan sifat atau kelemahan seseorang atau sesuatu kumpulan. Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa kurang percaya orang ramai terhadap mereka, karena kelemahan-kelemahan itu. Kartun ini digunakan untuk mengkritik secara jenaka dan mempunyai maksud tersirat di sebalik karakter yang di reformasi. Contoh gambar:

d. Kartun Animasi
Ialah kartun yang dapat bergerak atau hidup secara visual dan bersuara. Kartun ini terdiri dari susunan gambar yang dilukis dan direkam seterusnya ditayangkan di televisi atau film. Kartun jenis ini merupakan bagian penting dalam industri perfilman pada masa ini. Contoh gambar:

e. Kartun Komik
Komik merupakan perpaduan antara seni gambar dan seni sastra. Komik terbentuk dari rangkaian gambar yang keseluruhannya merupakan rentetan cerita yang pada setiap gambarnya terdapat balon ucapan sebagai narasi cerita dengan tokoh/karakter yang mudah dikenal. Contoh komik yang populer saat ini adalah komik buatan Jepang. Komik Jepang tidak hanya menampilkan cerita anak, tetapi juga menampilkan drama percintaan yang romantis. Komik buatan Jepang telah merajai perindustrian komik di Indonesia. Mulai dari serita lucu seperti Doraemon, Crayon Shincan, Kobo Chan, dan lain sebagainya. Namun, Indonesia juga memiliki komik-komik buatan dalam negeri yang tidak kalah kualitasnya. Baik dari segi grafis maupun ceritanya. Beberapa dekade lalu, komik Panji Tengkorak karya Hans Jaladara, Bende Mataram, Gundala sampai cerita Mahabrata pernah menghiasi perkomikan Indonesia. Pada saat ini perkembangan komik lokal tak sehebat komik buatan Jepang. Komik-komik lokal masih tetap bertahan pada terbitan secara bersambung di koran-koran ataupun majalah. Contoh komik:

Pengertian Kartun dan Ciri-Ciri Kartun




PENGERTIAN KARTUN

"Kartun" berasal dari bahasa Italia yaitu "Cartone" yang berarti kertas tebal.
Dalam bidang seni rupa, yang dimaksud dengan kartun adalah sketsa karya secara keseluruhan.
Sedangkan dalam bidang jurnalistik, kartun merupakan gambar lucu atau kritikan atau sindiran.

CIRI-CIRI KARTUN:
1. Gambarnya agak ringkas
2. Tidak banyak menggunakan kata-kata
3. Mudah dipahami dan mudah dikenali
4. Pesan biasanya lebih segar dan jelas

TOKOH-TOKOH YANG BERPERAN PENTING DALAM SEJARAH PEMBUATAN KARTUN

1.    Michael Angelo Buo Narotti
sumber gambar: http://www.librarising.com/astrology/celebs/michaelangelo.html

Pada masa Renaissance (abad ke-16), ia membuat karya kartun dengan teknik Fresco tentang kisah penciptaan manusia, dan sampai sekarang dapat dilihat di Kapel Sistine.
*Fresco= melukis pada dinding dalam keadaan basah
*Masa Renaissance= sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi kehidupan intelektual Eropa pada periode modern awal

2. Leonardo Da Vinci
sumber gambar: http://www.acikbilim.com/2012/10/dosyalar/ressamlikta-gizlenen-bilim-leonardo-da-vinci.html

Ia menggambar kartun yang berjudul “The Virgin and Child with St. Anne and St. John The Baptist” yang digambar di atas kertas dengan ukuran penuh. Ini merupakan pengembangan media gambar kartun hingga menjadi lukisan di atas kanvas dan permadani.

3.    Honore Daumier
sumber gambar: http://wwwpoetanarquista.blogspot.com/2012/02/pintura-honore-daumier.html

Honore Daumier adalah Bapak Kartun Modern. Ia yang pertama kali membuat karikatur pada abad ke-18 yang muncul di media massa seperti Koran dan majalah dengan gambar kartun para pemimpin Prancis. Bahkan ia sempat dipenjara karena telah membuat karikatur Raja Louis Philippe (Raja di Prancis). Kemudian pada tahun 1843, kartun mulai booming dan diadakanlah pameran besar dan kompetisi kartun yang dipelopori oleh Pangeran Albert (suami Ratu Victoria dari Inggris).

4.    John Leech
sumber gambar: http://irishdiaspora.blogspot.com/

Pada tahun 1843, ia membuat karya kartun dengan judul “Substance and Shadow” yang bertujuan untuk menyindir pembangunan Fresco di New Palace of Westminster. Pada saat itulah kartun mulai dipopulerkan sebagai sindiran.

5.    David Low
sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Sir_David_Low

Sir David Low merupakan kartunis editorial yang berasal dari Selandia Baru, pada tahun 1900 ia membuat kartun dengan judul “Kolonel Blimp” yang menceritakan tentang sosok militer tua yang reaksioner.
“Colonel Blimp”
sumber gambar: http://news.bbc.co.uk/olmedia/1970000/images/_1974819_blimp150.jpg


6. Eadweard James Muybridge
sumber gambar: http://en.wikipedia.org/wiki/Eadweard_Muybridge


Tahun 1930-1940 adalah terkenalnya buku-buku komik. Sedangkan tahun 1935-1945 (pasca perang dunia II) merupakan masa popularitas komik-komik humor. Disitulah awal munculnya ide membuat film kartun animasi. Pada awalnya kartun bergerak (animasi) digambar langsung pada blok kotak kayu dengan menggunakan pensil atau pulpen yang kemudian diukir. Kemudian Eadweard Muybridge mencoba mengolah beberapa hasil jepretan foto seekor Kuda menjadi gambar animasi. Disitulah awal pembuatan film animasi yang saat ini sering kita tonton, dan tampilan visualnya semakin hebat.

Referensi: 
http://www.librarising.com/astrology/celebs/michaelangelo.html
http://www.acikbilim.com/2012/10/dosyalar/ressamlikta-gizlenen-bilim-leonardo-da-vinci.html
http://wwwpoetanarquista.blogspot.com/2012/02/pintura-honore-daumier.html
http://irishdiaspora.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sir_David_Low
http://news.bbc.co.uk/olmedia/1970000/images/_1974819_blimp150.jpg
http://en.wikipedia.org/wiki/Eadweard_Muybridge



SEJARAH BATIK (HISTORY OF BATIK)

























Referensi: Haque Marissa dan Ayu Meta. 2012. Batik Lukis Basu SD. Jakarta: Kaki Langit Kencana.

Friday 3 October 2014

KONSISTENSI PENGULANGAN MOTIF

1. Teknik full repeat
menciptakan ornamen dengan menyusun motifnya melalui pengulangan secara penuh dan konsisten

2. Teknik full drop repeat
teknik penciptaan ornament dengan menyusun motifnya melalui pengulangan yang digeser/diturunkan kurang dari setengahnya. Dalam arti penempatan motif selalu diturunkan kurang dari setengah posisi motif sebelumnya.

3. Teknik full half repeat
Teknik penciptaan ornamen dengan menyusun motifnya melalui pengulangan yang digeser/diturunkan setengahnya. Dalam arti penempatan motif selalu diturunkan setengah dari posisi motif sebelumnya.
4. Teknik rotasi
Teknik penciptaan ornamen dengan menyusun motifnya secara berulang, memutar bertumpu pada satu titik pusat.

5. Teknik reverse
Teknik penyusunan motif pada ornamen dengan cara berhadap-hadapan atau berlawanan arah sejajar satu dengan yang lain.

6. Teknik interval
Teknik penyusunan ornamen dengan menempatkan motifnya secara selang-seling menggunakan dua motif berbeda.

7. Teknik random
Teknik penyusunan motif secara acak tanpa ada ikatan pola tertentu. Beberapa pola ditempatkan secara menyebar bebas.


Sumber: Budiyono, dkk. (2008). Kriya Tekstil. Jakarta: Depdiknas.

Wednesday 10 September 2014

THE WINNER OF FINANCIAL ART COMPETITION (FAC) 2012

FAC merupakan salah satu kompetisi yang diadakan  "Visit KPKS (Keuangan Perbankan dan Keuangan Syariah)" yang diselenggarakan oleh HIMAKAPS (Himpunan Mahasiswa Keuangan Perbankan dan Keuangan Syariah) POLBAN (Politeknik Negeri Bandung). FAC (Financial Art Competition) yaitu lomba yang bertemakan Change The World with Little Things (reduce recycle reuse) dengan memanfaatkan bahan limbah yang dijadikan berbagai karya yang dapat digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomis.
Awalnya saya bersama 3 rekan saya yaitu Erlin Herlianti, Sari Apriliani dan Devie Astuti simpatik melihat berita-berita di televisi mengenai banjir di Ibukota Jakarta, dan sebutan “Bandung Lautan sampah". Sebagian sampah-sampah tersebut adalah sampah anorganik yang sulit terurai dengan tanah. Hal ini membuat kami tergerak hati dan pikirannya untuk berinisiatif untuk memanfaatkan limbah plastik menjadi barang yang mempunyai nilai fungsi, nilai estetis dan tidak dipungkiri juga memiliki nilai ekonomis.
Produk yang kami buat diberi nama GLATIC (Glamour from Plastic). Produk kami berbahan dasar plastik yang digunakan sebagai plastik produk seperti kemasan deterjen, makanan ringan dan sebagainya. Bentuk produk kami adalah berupa lampu hias, bros dan gantungan kunci. Kami bersaing dengan berbagai kelompok dari berbagai Perguruan Tinggi di Jawa Barat. Karya yang diusungkan oleh kelompok kami menjadi pemenang pertama dan mendapatkan penghargaan, sertifikat, sejumlah uang tunai dan souvenir. Dewan juri dari BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah) dan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Provinsi Jawa Barat memutuskan bahwa kami sebagai juara karena produknya dianggap paling sesuai dengan tema di atas. 
Semoga ide kami tersebut menjadi inspirasi orang banyak agar mencintai lingkungan sekitar disertai aksinya untuk meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan. Save Our Earth, As You Sow so will You Reap. :) (Cintai Bumi Kita, apa yang kamu tanam, kamu akan menuainya)
Gambar 1. Lampu Hias GLATIC

Gambar 2. Gantungan Kunci dan Bros GLATIC


Gambar 3. Foto Diri Saya (Narsis :-D)

Gambar 4. Piala BPLHD



ISOLA MOTH ART

Let's check this out: http://www.youtube.com/watch?v=TvpsGBMhUlg

Contoh Produk (MOTIK)
Example product (MOTIK)


Kumpulan kreasi seni kriya yang dibuat oleh saya dan teman 1 tim dalam rangka Kompetisi Nasional PHBD (Program Hibah Bina Desa) dari DIKTI, dan alhamdulillah lolos. Insya Allah ke depannya setelah PHBD ini, kegiatan ini akan berkembang menjadi Corporation ImothArt yang menampilkan karya-karya seni kriya yang unik dan inovatif.

All about craft by handmade, i and my team make 'em to following National Competition  PHBD (Developing Village by Grants Program) from DIKTI, and alhamdulillah our team got it. Insya Allah at the next program after PHBD, this activities will developing to ImothArt Corporate which introduce all about inovate and uniquely crafts.

Wednesday 3 September 2014

Perbedaan Antara Batik Indramayu (Dermayon) dan Batik Cirebon (Cirebonan)


            Seringkali banyak orang yang menganggap kebudayaan Indramayu sama dengan daerah Cirebon. Mungkin karena lokasi wilayahnya yang berdekatan dan sama-sama termasuk daerah  pesisir pantura (pantai utara). Tetapi ini jelas-jelas berbeda apabila diketahui secara seksama. Termasuk salah satunya adalah batik. Antara batik Indramayu dengan daerah Cirebon tentu memiliki perbedaan mulai dari ragam hias motifnya, makna perlambangan hingga sejarah perkembangannya. Berikut ini penulis sampaikan perbedaan-perbedaan tersebut.
            Dikutip dari (DEKRANASDA, 2007) perbedaan antara batik Indramayu (Dermayon) dengan batik Cirebon (Cirebonan) adalah sebagai berikut:
1.  Batik Indramayu berkembang pada masa kerajaan Demak, sedangkan batik Cirebon berkembang pada masa kerajaan Pajang, dengan tokonya yang terkenal bernama Ki Gede Trusmi dan Ki Gede Pengging (Kebo Kenanga),
2.   Corak batik Indramayu mendapat pengaruh dari daerah pesisir utara Jawa Tengah (Lasem) sedangkan corak batik Cirebon mendapat pengaruh dari daerah pedalaman Jawa Tengah (Pengging Solo),
3.    Ciri ragam hias batik Indramayu adalah ungkapan rupa yang datar, lugas, sederhana dan tidak mengandung makna simbolis. Sedangkan ragam hias batik Cirebon berdasarkan makna perlambangan, aturan tertentu, pola penggambaran perspektif seperti lukisan, karakter halus dan detail serta warna khas kuning Cirebon,
4.      Ragam hias batik Indramayu sepenuhnya dikatakan pesisiran, karena dulunya Indramayu sebagai kota pelabuhan dan banyak pedagang dari Cina yang singgah. Sehingga ragam hias batik Indramayu pun ada yang mendapat pengaruh dari Cina. Sedangkan ragam hias Cirebon tidak sepenuhnya dikatakan pesisiran sebab latar belakang budaya keratonnya dominan.

Itulah beberapa perbedaan antara batik Indramayu (Dermayon) dengan bati Cirebon (Cirebonan). Sehingga sedikitnya dapat membedakan antara jenis batik Indramayu dengan batik Cirebon.

Referensi: DEKRANASDA. (2007). Buku Batik Indramayu. Indramayu: Dewan Kerajinan Nasional.

SEJARAH BATIK INDRAMAYU

           Batik Indramayu merupakan salah satu dari batik daerah pesisir. Dengan rata-rata corak motifnya yang khas dengan warna-warnanya yang cerah dan terkesan ceria. Karena ini merupakan ciri-ciri batik pesisir. Batik Indramayu disebut juga dengan “Batik Dermayon” (asal kata dari bahasa Indramayu, yang berarti Dermayuan; Dermayu=Indramayu dan imbuhan “an” yang berarti khas Indramayu atau asli Indramayu).
            Ciri khas yang dimiliki dari corak atau motif-motif batik Indramayu sangat berbeda dengan daerah lainnya. Walaupun ada beberapa kesamaan ragam hias dengan daerah lain. Namun gaya dan pewarnaan batik Indramayu tetap berbeda dengan daerah lain karena mungkin adanya pengaruh adat istiadat, kepercayaan serta kondisi lingkungan. Misalnya saja dengan daerah Cirebon, batik klasik dari daerah Cirebon mendapat pengaruh dari daerah Pedalaman Jawa Tengah (Pengging Solo) sedangkan Indramayu mendapatkan pengaruh dari daerah Pesisir Utara Jawa Tengah (Lasem).
            Dikutip dari (DEKRANASDA, 2007) menjelaskan bahwa batik klasik Indramayu diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan Demak pada tahun 1527, karena banyak pengrajin batik dari Lasem hijrah ke Indramayu. Oleh karena itu motif batik Indramayu ada yang hampir sama dengan motif batik dari Lasem yang di dalamnya sudah dipengaruhi oleh motif Cina. Masuknya motif batik Jawa Tengah ini melalui perantara para pedagang yang hilir mudik antara Jepara dan Banten.

Referensi: DEKRANASDA. (2007). Buku Batik Indramayu. Indramayu: Dewan Kerajinan Nasional.


SEJARAH BATIK INDONESIA


             Batik merupakan kebudayaan tradisional Indonesia yang saat ini digemari banyak orang. Bahkan kini batik menjadi primadona di dunia fashion. Para desainer busana saat ini mencoba memadu-madankan busana yang mereka ciptakan dengan nuansa batik. Ini merupakan salah satu upaya menciptakan suatu trend-fashion melalui para model agar masyarakat tertarik dan mengetahui bahwa batik pun dapat dijadikan gaya berbusana mereka sehari-hari Sehingga eksistensi batik sebagai warisan budaya asli Indonesia akan tetap terjaga.
            Namun dibalik booming-nya batik sebagai trend-fashion ternyata batik Indonesia melalui suatu perjalanan yang amat panjang sehingga dapat diakui dunia sebagai kebudayaan asli Indonesia. Bagaimana sejarah batik nusantara?
            Dikutip dari sumber (vivanews, 2011) menjelaskan bahwa teknik pewarnaan batik sudah ada sejak abad 4 SM di Mesir. Pada saat itu di kain mumi terdapat semacam zat lilin dengan pola yang teratur. Menurut G.P. Rouffaer dan N.J. Krom berpendapat bahwa teknik batik itu diperkenalkan oleh bangsa India dan Srilanka. Seni ini dibawa oleh masyarakat Kalingga-Koromandel dari India ke Jawa pada abad ke-4 M. Pada abad ke-12 M di Kediri, Jawa Timur, dikembangkan sebuah teknik yaitu menulis di atas kain dengan menggunakan alat yang dinamakan “grinsing” sehingga dapat membentuk suatu pola. Namun kemudian pendapat tersebut dibantah oleh seorang arkeolog J.L.A. Brandes yang menyebutkan bahwa batik telah dikenal di nusantara sebelum masa prasejarah. Yaitu salah satu contohnya terdapat pada relief-relief candi juga arca. Di salah satu arca yakni arca Prajnaparamita terlihat pakaian dengan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang dengan motif yang kompleks. Ini membuktikan bahwa pada zaman itu sudah ada pola batik yang rumit.

Referensi: http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/355975-menelusuri-sejarah-batik-nusantara

Tuesday 2 September 2014

SKEMA PROSES KREASI

     Skema Proses Kreasi
Sedangkan dalam proses pembuatan karya secara keseluruhan, yaitu menyangkut komposisi gerak tari, tayangan video art, vokalisasi dan musik, tentunya seniman terlebih dahulu membuat konsep awal, proses tahap seleksi penggarapan karya, finishing, hingga perform stage out. Hal tersebut dinamakan proses kreasi. Berikut ini merupakan skema proses kreasi (Primadi, 2000: 24):
Tabel 1. Skema Proses Kreasi
Sumber: Primadi, 2000:24

Proses ide adalah hasil integrasi proses imaginasi, dari tingkat biasa sampai tingkat tertinggi, dari ketiga jenis dan sumber image yang kita miliki, dari semua indera dalam penghayatan. (Primadi, 2000:25)
Primadi memaparkan tahapan proses ide sebagai berikut:
·         Tingkat 1 – Persiapan
Kemungkinan pada saat pembuatan karya “Black Sun Kagemu”, seniman maupun kru yang bertugas membutuhkan suasana yang sejuk, tenang, adanya semilir angin dan berbagai hidangan konsumsi. Itu merupakan aspek-luar. Sedangkan aspek-dalam tentunya membutuhkan imajinasi, konsentrasi, perenungan, meditasi dan sebagainya.
·         Tingkat 2 – Pengumpulan bahan
Pada tahap pengumpulan bahan, terdapat dua kategori daya atau kekuatan yang melakat, yaitu mereka yang bersifat rasional tinggi dan yang kuat kreativitasnya. Pada seniman yang daya rasionalnya tinggi, mereka sadar akan memori terikat yang ada dalam dirinya. Apa yang ia kenal dan ketahui kemudian menjadi pembanding daya imajinasi sensasi-persepsi yang dating dari luar. Yang kemudian langsung diproses. Sedangkan bagi mereka yang daya kreativitasnya kuat, mereka tidak terlebih dahulu mencerna apa yang sudah terikat dalam memorinya, tetapi membiarkannya polos dan mengolah sesuatu hal yang abstrak dan bebas menjadi suatu kreasi yang baru, aneh dan di luar dugaan.
·         Tingkat 3 – Empati menuju pra-idea
Pada tahapan ini seorang seniman mulai merasakan feeling atau rasa pada garapan karyanya. Bagaikan cinta pada pandangan pertama. Bagi yang kuat intuisi, daya kreativitasnya, maka kemungkinan akan langsung ke tahapan ini, tanpa melalui tahap 1 dan 2. Dan langsung berhasrat untuk penetasan ide. Tetapi bagi yang rasionalnya tinggi, pada proses ini terasa hambar karena pra-ide yang dicapai hanya bersifat objektif, rasional dan logis.
·         Tingkat 4 – Pengeraman pra-idea
Pada tingkat ini, creator atau seniman dapat berpikir dan bertindak lambat ataupun sebaliknya, bahkan sampai bertahun-tahun. Bagi yang daya rasionalitasnya tinggi maka akan mempertimbangkan keputusan secara pasti (benar-salah). Bahkan muncul emosi karena mencoba berulang-ulang dengan berbagai eksperimen dengan konsentrasi yang membuat lelah dan bosan. Bahkan ada yang tdak mendapatkan ilham dari pengeraman pra-ide. Tetapi bagi yang daya kreativitasnya tinggi, intuisi mereka hidup dan menggebu-gebu sehingga ingin segera ke tahapan selanjutnya, yaitu melebur dengan tingkat kreasi. Sehingga perasaan emosi meningkat menjadi gairah. Pada tingkat ini kemampuan kreatif dan rasio menghasilkan apa yang disebut merenung dan vision.
·         Tingkat 5 – Penetasan ide
Pada tingkat ini yang terlalu rasional, maka terasa akan hambar sama seperti pada tingkat 3 dan 4. Hai ini merupakan penyempitan pra-ide. Sedangkan bagi yang daya kreativitasnya tinggi, pada tingkat ini biasanya melebur jadi satu bersama tingkat 3 dan 4 menjadi penetasan ide. Terkadang apa yang direncanakan pada pra-ide hasilnya berbeda dengan penetasan ide, bahkan lebih cemerlang.
Sedangkan proses pelaksanaan merupakan proses-kreasi tahap pelaksanaan, berikut ini tahapannya:
·         Tingkat 6 – Aspek luar pelaksanaan
Pada tingkat inilah disebut proses trial and error, karena setelah karya jadi maka diuji kembali dari segi kualitas, eksperimen, sistem, perbaikan atau evaluasi. Sehingga memerlukan waktu yang lama. Bagi yang pelaksanaannya lebih kuat daripada idenya, maka pada proses ini akan terlihat lebih menonjol dibandingkan proses idenya. Tingkat ini pula yang disebut tingkat penilaian pertama, sehingga apabila tidak layak uji kualitas, maka kemungkinan karya akan diulangi pada tahap sebelumnya, bahkan dimulai dari awal.
·         Tingkat 7 – Aspek integral pelaksanaan
Pada tingkat ini memuncaknya emosi menjadi perasaan terharu, bahagia ataupun sedih. Pada tingkat ini terdapat 4 kemungkinan. Kemungkinan pertama, bagi mereka yang dapat menjalani segala sesuatunya dengan mudah, lancar tanpa hambatan karena proses penggarapan ide mereka sudah matang dan selesai. Kemungkinan kedua, pelaksanaan ide lancar tetapi terhambat oleh pengendapan pada saat proses ide. Mengalami pendalaman konsep yang berulang dan matang. Sehingga jika tugas sudah terlaksana, seolah-olah sudah melepaskan beben berat di pundaknya. Kemungkinan ketiga, ia tidak bisa mencetuskan ide secara matang ataupun hanya melalui tahap inti dari ide tersebut, namun pada pelaksanaannya secara spontan. Kemungkinan keempat bagi mereka yang polos tanpa ide sama sekali, tetapi ketika tangan menggoreskan atau menggerakkan sesuatu (seperti melukis, membuat keramik, desain, dan sebagainya) secara otomatis ide bercucuran dengan sendirinya dan saling melengkapi antara konsep dengan karya. Namun biasanya hal yang seperti ini ada pada orang-orang yang sudah mahir dengan latihan yang serius (mencoba berkali-kali) atau bahkan anugerah bakat yang luar biasa dari Tuhan.
·         Tingkat 8 – Tingkat kreasi tertinggi

Pada tingkat inilah kreator atau seniman diuji kepeduliannya terhadap proses keseluruhan karya dari awal (flashback). Dimana ia menghayati hasil karyanya apakah memiliki nilai-nilai kemanusiaan ataukah hanya sekedar luapan kreasi semata? Hasil proses tingkat kreasi tertinggi tersebut kemudian dipertimbangkan dan disimpan sebagai tambahan referensi ilmu yang ia miliki agar lebih baik lagi dalam berkarya ke depannya.

Sumber: Primadi. (2000). Proses, Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB.