Tuesday 27 August 2013

SENI GRAFIS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Permasalahan
                  Perkembangan seni rupa kontemporer kini sudah mulai banyak memberikan dampak positif terhadap berbagai kalangan. Baik itu orang yang awam terhadap dunia seni rupa bahkan seniman-seniman sekalipun turut andil dalam meramaikan masa seni rupa kontemporer. Segala sesuatunya kini sudah menjadi sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Ini merupakan suatu kemajuan dunia seni rupa.
                  Namun jika ada dampak positif maka dampak negatif pun perlu kita sortir sebagai bahan evaluasi. Contohnya saja dalam hal perkembangan seni murni, saat ini banyak orang yang mencampur-adukan bahkan mengubah image seni murni menjadi desain. Bisa saja hal ini dilakukan, karena termasuk ke dalam hal eksplorasi karya. Namun istilah seni murni itu sendiri sejalannya waktu akan pudar apabila istilah seni murni tidak diaplikasikan ke dalam praktiknya.
                  Kita ambil salah satu bagian dari seni murni yaitu seni grafis. Banyak orang yang kerap kali lebih memilih mengerjakan suatu karya secara instan. Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk mendapatkan hasil karya yang memuaskan “bagi dirinya”. Menganggap seni grafis merupakan sesuatu yang sudah “out of date”. Sungguh ironis bagi perkembangan seni grafis, karena akan menjadi lamban sejalan dengan berkembangnya seni rupa kontemporer. Menggunakan berbagai teknologi mutakhir untuk menyamakan dengan hasil karga seni grafis memang hasilnya terlihat sama, lebih rapih, bersih dan penuh eksplorasi warna. Namun nuansa rasa, goresan-goresan serta nilai estetis yang pada karya itu tidak nampak sama sekali, dan akan terasa berbeda dibandingkan karya grafis yang pengerjaannya manual.
                  Ini merupakan suatu tantangan bagi para penggemar seni grafis untuk membangkitkan kembali gairah dunia grafis. Dengan cara memperkaya teknik pengerjaan, eksplorasi warna serta media yang digunakan. Agar nama seni grafis pada wilayah seni murni tidak akan pudar bahkan beralih ke wilayah desain. Oleh sebab itu penulis mengambil judul makalah ini “Eksplorasi Warna pada Cetak Grafis I dengan Tema Animal Figure
     
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang dibutuhkan dalam membuat karya grafis?
2.      Bagaimana teknik pengerjaan karya grafis?
3.      Bagaimana proses pewarnaan grafis?
4.      Seperti apa hasil akhir karya yang diperoleh?

C.     Tujuan
1.      Mempertahankan seni grafis sebagai bagian dari seni murni
2.      Memperkenalkan seni grafis kepada masyarakat awam
3.      Memenuhi tugas prasyarat UAS mata kuliah Seni Grafis I
4.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam membuat karya ilmiah

D.    Manfaat
1.      Mengetahui peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam membuat karya grafis
2.      Mengetahui teknik pengerjaan karya grafis
3.      Mengetahui proses pewarnaan karya grafis
4.      Memperoleh hasil karya grafis sebagai dokumentasi kekaryaan



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Seni Murni
            Seni murni merupakan seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya, tidak dilihat dari segi praktis atau kegunaannya. Salah satu contohnya adalah seni grafis. Karya grafis dapat diapresiasi melalui nilai-nilai visual bagi yang melihatnya. Namun para seniman grafis terkadang tidak memperhatikan keindahan karya yang dibuat untuk orang lain, melainkan dengan tujuan mencapai kepuasan batin. Sehingga seni murni identik dengan tujuan estetik seniman itu sendiri bukan berdasarkan tujuan estetik apresiator.

B.     Pengertian Seni Grafis
            Dikutip dari sumber Wikipedia, menyatakan bahwa seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Pada teknik monotype maka prosesnya dapat menghasilkan karya yang sama dan dalam jumlah yang banyak. Hasil cetakan tersebut dinamakan “impression”, lukisan atau drawing. Setiap hasil cetakan merupakan karya orisnil pembuatnya, bukan sebuah salinan. Setiap karya yang dicetak dari sebuah plat dinamakan edisi, dan pada masa kini edisi tersebut diberi tanda tangan atau art name pembuatnya dan nomor untuk menandai bahwa karya tersebut sebagai edisi terbatas.
  
C.     Contoh Karya-Karya Grafis

Gambar 1. “Melancholla I” Karya Albrecht Durer
Sumber: www.wikipedia.com/seni-grafis


Gambar 2. “La Goulue” Karya Toulouse Lautrec
Sumber: www.wikipedia.com/seni-grafis

Gambar 3. “Tiga Salib” Karya Rembrandt
Sumber: www.wikipedia.com/seni-grafis

Gambar 4. “Gunung Fuji” Karya Katsushika Hokusai
Sumber: www.wikipedia.com/seni-grafis

Gambar 5. “Laskar Gelap” Karya Saiful Hadjar
Sumber: (Hadjar, 2005)



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Persiapan Peralatan dan Bahan dalam Membuat Karya Grafis
  1. Peralatan yang Dibutuhkan
1.   Pensil (untuk membuat sketsa gambar)
Gambar 6. Pensil
Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.   Penggaris (untuk mengukur plat dan ukuran kertas sketsa)
3.   Ampelas (untuk menghaluskan permukaan plat yang akan dicukil)
Gambar 7. Ampelas
Sumber: Dokumentasi Pribadi



4.      Spidol (untuk menebalkan/mempertegas sketsa)
Gambar 8. Spidol
Sumber: Dokumentasi Pribadi

5.      Kain bekas (untuk menggosok-gosok kertas yang berisi gambar objek, pada saat proses memindahkan gambar dari kertas ke plat karet)
Gambar 9. Kain
Sumber: Dokumentasi Pribadi

6.      Cungkil (untuk mencungkil plat sesuai bentuk gambar)


Gambar 10. Cungkil
Sumber: Dokumentasi Pribadi

7.      Roller (digunakan pada saat proses pencetakan yaitu memberi warna pada plat yang sudah dicungkil)
Gambar 11. Roller
Sumber: Dokumentasi Pribadi

8.      Sendok (untuk memindahkan hasil cetakan dari plat ke kertas, dengan cara digosok)
Gambar 12. Sendok
Sumber: Dokumentasi Pribadi

  1. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan
1.      Kertas HVS
2.      Minyak Kayu putih (untuk memindahkan gambar sketsa dari kertas di atas plat, dengan cara dituangkan kemudian digosok-gosok dengan kain)
Gambar 15. Minyak kayu putih
Sumber: Dokumentasi Pribadi
3.      Plat karet
Gambar 14. Contoh plat karet yang sudah berisikan objek gambar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.      Cat khusus cetakan grafis
Gambar 15. Cat khusus cetakan grafis
Sumber: Dokumentasi Pribadi
5.      Tiner (untuk menghilangkan sisa-sisa cat yang menempel di tangan atau di plat pada saat semua proses sudah selesai dilaksanakan)

B.     Teknik Pengerjaan Karya Grafis
1.         Membuat sketsa karya (Sketching)
           Penulis melakukan pengerjaan membuat sketsa di atas kertas HVS terlebih dahulu. Sebelumnya penulis menyesuaikan ukuran plat karet terlebih dahulu. Kemudian antara plat karet yang satu dan yang lainnya ukurannya disamakan.Dengan cara dipotong menggunakan cukil yang pipih seperti cutter. Sketsa yang telah dibuat menggunakan pensil kemudian ditebalkan menggunakan spidol.
2.      Penempelan sketsa karya di atas plat (copying and transferring)
Gambar 16. Sketsa yang sudah dipindahkan ke plat karet
Sumber: Dokumentasi Pribadi

            Setelah proses membuat sketsa selesai, proses yang selanjutnya adalah membuat salinan atau fotokopi sketsa dengan jumlah yang sama dengan plat karet, yaitu 3 lembar. Sketsa fotokopian tersebut di pasang di atas plat karet, sesuaikan ukurannya. Lipat bagian sisi-sisi kertas ke dalam, sehingga menutupi bagian permukaan plat karet yang akan diberi gambar. Setelah itu, tuangkan minyak kayu putih di atasnya kemudian gosok-gosok rata ke seluruh permukaan plat dengan menggunakan kain. Lakukan proses pemindahan gambar ke semua plat karet yang disediakan.

3.      Pencungkilan plat (grubbing)
Gambar 17. Plat karet yang sudah dicungkil
Sumber: Dokumentasi Pribadi

            Proses pemindahan gambar telah selesai dilakukan. Proses yang selanjutnya dilakukan adalah mencungkil plat. Ada 3 plat yang harus di cungkil dengan letak cungkilan yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
·         Plat yang dicungkil sebagai background karya,
                  Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian objek gambar. Bagian objek gambar dicungkil habis, sehingga hanya menyisakan bagian background.
·         Plat yang dicungkil sebagai outline objek,
                  Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian background. Bagian background dicungkil habis, sehingga hanya tersisa gambar objek saja yang seperti bayangan.
·         Plat yang dicungkil sebagai isian/penghias bagian objek.
Gambar 18. Bagian plat yang dipotong
Dokumentasi Pribadi

                  Pada pencungkilan plat ini, maka bagian yang dicungkil adalah bagian dalam objek. Pencungkilan ini menyesuaikan dengan gambaran objek seekor burung. Pencungkilan yang dilakukan dengan tujuan agar memberikan kesan tekstur pada karya. Seperti menggambarkan bahwa bagian yang dicungkil itu adalah bagian sayap burung, paruh burung, mata burung, dan sebagainya.
4.      Proses Pewarnaan
            Setelah proses pencungkilan selesai, kemudian penulis melakukan pewarnaan pada plat yang sudah dicukil. Pewarnaannya menggunakan cat khusus untuk cetak grafis.

C.     Proses Pewarnaan Karya Grafis (Proses Pencetakan Karya)
                  Setelah proses pencungkilan selesai, tahap selanjutnya adalah proses pewarnaan, inilah yang dinamakan proses pencetakan karya. Berbagai karya yang dicetak dapat dianggap sebagai karya orisinil dan edisi terbatas. Sehingga bukan plat yang sudah dicukil yang berupa karyanya, itu hanya bagian dari proses kekaryaan. Brikut ini penulis jabarkan mengenai tahap-tahap proses pewarnaan (proses mencetak):
  1. Pada proses pewarnaan pertama kali plat yang di-roll adalah plat yang digunakan untuk bagian background. Ambil warna yang paling gelap terlebih dahulu. Tempelkan di atas kertas, setelah itu kertas dibalik sehingga plat berada dibawah dan posisi kertas berada di atas. Kemudian tunggu kering, tetapi proses pengeringan yang maksimal memakan waktu 1 hari,
Gambar 19. Cetakan “Edisi”
Dokumentasi Pribadi
Gambar 20. Cetakan ke-1 (contoh cetakan background)
Dokumentasi Pribadi

  1. Setelah warna background kering, maka proses pewarnaan selanjutnya adalah bagian bayangan objek (bidang objek). Setelah plat di-roll maka tempelkan di atas cetakan background. Sesuaikan ukurannya, kemudian kertas dibalik sehingga bagian plat berada di bawah dan posisi kertas berada di atas. Gosok-gosok secara merata dengan menggunakan sendok. Angkat kertas secara perlahan, mulai dari bagian sudut, hal ini untuk memastikan apakah warna sudah menempel secara keseluruhan atau belum. Jika ada bagian yang masih belum rata, maka dapat ditambahkan cat lagi dengan cara menempelkan cat sedikit saja pada bagian plat, kemudian lakukan lagi proses penggosokan agar warna cetakan menjadi rata. Tunggu cetakan tersebut kering selama 1 hari,
Gambar 21. Cetakan ke-2 (2 warna, 2X cetakan)
Dokumentasi Pribadi

  1. Setelah cetakan bagian bidang objek kering, maka proses cetakan berikutnya adalah bagian isian bidang objek. Penulis melakukan 2 teknik pada bagian isian bidang objek, yaitu:
·         Teknik pertama dilakukan hanya menumpuk warna cetakan (bagian cetakan isian bidang objek ini ukurannya sama dengan plat background dan plat bidang objek). Jadi warna yang dihasilkan nanti adalah warna cetakan background akan tertutup oleh cetakan isian bidang objek. Karena bagian background-nya tidak dicungkil.
·         Teknik kedua yaitu dengan cara memotong bidang cetakan isian objek burung. Sehingga hasil cetakan nanti yang menumpuk warnanya hanya di bagian objek burung.
            Biasanya cetakan pertama merupakan cetakan uji coba yang dinamakan edisi. Kemudian apabila hasil cungkilan ternyata kurang terlihat maka plat dapat dicungkil kembali dan dicetak kemabali, inilah bagian yang dinamakan cetakan pertama. Pada bagian karya ditulis nama pembuat karya dan urutan cetakannya. Misal nama Dimas Zulfadly urutan cetakan 4/5 (cetakan ke-4 dari 5 cetakan).
Gambar 22. Cetakan ke-3 (3 warna, 3X cetakan)
Dokumentasi Pribadi
Gambar 23. Cetakan ke-6 (3warna, 3X cetakan)
Dokumentasi Pribadi

D.    Hasil Karya Grafis
                  Setelah melalui berkali-kali tahap pencetakan dengan cara eksplorasi warna, maka penulis telah mendapatkan karya yang pas untuk judul makalah ini yaitu “Eksperimentasi Warna pada Cetak Grafis I dengan Tema Animal Figure”. Jumlah plat memang ada tiga lembar, tetapi penulis mencoba mencampurkan banyak warna ke dalam karya cetakan. Sehingga timbul beberapa gradasi. Berikut ini merupakan hasil karya yang warnanya sudah dieksplorasi.
Gambar 24. Eksplorasi warna I (5 warna, 3X cetakan)
Dokumentasi Pribadi
Gambar 25. Eksplorasi warna II (4 warna, 3X cetakan)
Dokumentasi Pribadi

Pada hasil karya diatas terdapat beberapa warna yang digunakan yakni abu-abu, hitam, kuning, oranye dan merah. Dengan rincian sebagai berikut:
  1. Warna pada background adalah abu-abu dan hitam,
  2. Warna pada gambar pohon adalah oranye dan kuning (pada gambar 24) dan kuning (pada gambar 25), namun karena bertumpuk dengan warna abu-abu ataupun hitam, maka timbul warna hijau.
  3. Warna pada objek burung adalah kuning pada bagian setengah badan dari atas ke bawah, dan merah dari bagian ekor ke atas. Maka ditengah-tengah badan burung akan timbul warna oranye.

  

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Membuat karya grafis memang susah-susah tapi mudah. Susah apabila tergesa-gesa dan mudah apabila mengerjakannya dengan sabar dan menikmati prosesnya. Di dalam cetak grafispun tidak hanya satu warna saja yang dipakai, melainkan kita dapat memngolah warna-warna tersebut menjadi sebuah gradasi, sehingga tidak menjemukan ketika dilihat. Mungkin ini salah satu cara penulis untuk memberikan suatu stimulus bagi orang-orang yang mau belajar seni grafis dan mempertahankan eksistensinya di dunia seni murni. Penulis yakin orang-orang lain dapat lebih kreatif dengan berbagai cara, teknik dan media dalam membuat karya grafis agar tidak terkesan monoton.

B.     Saran
            Semoga bagi para pembaca dapat menggali lagi pengetahuan dan mengasah lagi keterampilan dalam membuat karya grafis. Dan meningkatkan kreativitas dalam membuat karya grafis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.


  

DAFTAR PUSTAKA

Hadjar, Saiful. 2005. Senapan Grafis. Kelompok Seni Rupa Bermain: Surabaya.




LAMPIRAN






 



No comments:

Post a Comment